Skenario
Film Pendek Fiktif Narative
“Sepucuk Surat untuk Rektor”
A Film by Mustopa Kamal Btr
Skenario
Mustopa
Kamal Btr
Karakter Tokoh
Film
Ali
(Tokoh Utama): Baik, rajin & prihatin terhadap permasalahan kampus &
HTN
Dayat
(Teman akrab Ali): Suka membantu, agak berani, selalu membela Ali
Lian
(Pemeran antagonis): Suka merendahkan Ali, sombong, egois
Chika
(pacar Lian): Membela Ali, sering ribut dengan Lian
Rektor:
Membaca surat Ali
Dosen:
Memberi mata kuliah di lokal
Jurnalis UIN:
Menyampaikan surat Ali
Sinopsis
Ali
adalah seorang mahasiswa semester dua UIN Suska, Ia seorang yang sangat peka
terhadap permasalahan dunia pendidikan dan kampus. Rasa bangganya terhadap UIN
Suska memudar setelah ia melihat kekurangan dan fasilitas yang tidak memadai di
kampusnya ini.
Suatu
hari ada lomba menulis surat untuk rektor yang diadakan oleh media mahasiswa, Ali
mengikuti acara itu dengan harapan rektor bisa mendengarkan keresahannya
terhadap berbagai permasalahan kampus yang ia lihat. Akhirnya ia mendapat
predikat juara satu. Rektor membaca suratnya dengan perasaan terharu. Akhirnya
rektor memperbaiki fasislitas dan manajemen kampus UIN suska.
Skenario
Setting: (Ali berjalan menuju
kampus)
Ali:
Perkenalkan namaku Ali. Aku adalah anak kampung yang mempunyai sejuta mimpi.
Aku hijrat ke kota bertuah ini dengan harapan bisa mendapatkan pendidikan yang
layak agar kelak aku bisa meraih semua mimpi indahku itu.
Setting: (Di depan gerbang dan
gedung rektor kampus UIN suska)
Ali:
Inilah kampusku, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif kasim Riau atau yang
lebih sering disingkat dengan UIN Suska. Kata Koran yang aku baca kampus nan
megah dari luar ini merupakan salah satu kampus termegah di tanah pertiwi ini.
Akupun bangga berdiri di kampus para pejuang ilmu ini.
Setting: (Melihat toilet rusak,
ruangan gerah, bangku rusak)
Ali:
Rasa banggaku itu perlahan memudar setelah melihat berbagai permasalahan kampus
perjuangan ini. Aku ingin sekali mengaspirasikan suara mahasiswa khususnya
mahasiswa Jurusan HTN ke pak rektor,
tapi aku tidak tahu harus bagaimana caranya. Hingga suatu hari….
Setting: (Di kelas dosen
menjelaskan mata kuliah Ilmu Negara. Ali bertanya. Lian mencemeehkan)
Ali:
Bu kenapa pendidikan di Negara kita ini jauh tertinggal dengan Negara-negara
lain ?
Dosen:
Pertanyaan yang bagus. Salah satu penyebabnya adalah karena kurangnya perhatian
pemerintah terhadap dunia pendidikan kita
Lian:
sok-sok-an bertanya, caper biar dikenal dosen (berbisik ke Ali)
Setting: (Pulang kuliah, keluar
dari kelas menuju mading)
Dayat:
Ali kita ke mading yuk
Ali:
Ngapain Yat ?
Dayat:
Lihat info aja, mana tau ada info baru
Setting: (Di mading)
Dayat:
Coba liat ini Li, ada lomba menulis surat untuk rektor
Ali: “Siapa yang ngadain ?”
Dayat: “Organisasi media mahasiswa. Kamu
ikutan ya ?”
Ali: “Hmmm… lihat-lihat nanti ajalah An”
Dayat: “Kamu kan sedang prihatin dengan
dunia pendidikan di kampus kita, tema itu kan bisa kamu angkat. Terus kalau
nanti menang kan lumayan, bisa traktir kita-kita hehe…”
Ali: “Hmmm Lian modus aja ya,
akhir-akhirnya minta traktir juga”
Lian:
Prihatin masalah kampus atau pengen dapat hadiah karena gak ada uang ??? (Lian tiba-tiba
menghampiri dari belakang)
Dayat: Rese banget sih lo Lian. Ngapain
kalian ngikutan kami ?
Lian: Siapa juga yang ngikutin kalian.
Idihh… kami cuma kebetulan lewat sini aja cemong. Benar kan teman-teman…???
Teman-teman Lian: Iya dong (serentak temannya menjawab)
Dayat: Dasar kalian ya. Kerjanya cuma
nayari-nyari masalah terus..
Ali: Udah Yat, gak usah dibesar-besarkan
Lian: Apa kau cemong, sini kalau berani
Dayat: Bangsat….
Chika: Stop…!!! Lian kenapa sih cari
masalah terus, masalah cinta kita aja masih luntang-lantung, ini nyari masalah
lagi sama Ali dan Dayat. Kasihan kan mereka gak ada salah
Lian: Chik… sebenarnya kamu pacar Ali
atau pacar aku ?
Chika: Pacar kamu.. emang kenapa ?
Lian: Jadi kenapa kamu belain mereka sih
yayang ? bukan belain abang ?
Chika: Iya juga ya ?
Lian: Ya udahlah, kalau kamu lebih milih
mereka. Jangan nyesal ya. Yok kita cabut aja teman-teman.
Teman-teman Lian: Ok Bos…
Chika: Yayang… tunggu aku…!!!
Seting: (Di kos Ali menulis surat untuk rektor)
Pekanbaru, 28 Oktober 2015
Kepada yang Terhormat,
Bapak Rektor Kampus Perjuangan
Di Pekanbaru.
Assalamu ‘Alaikum Wr. Wb.
Sebelumnya ananda mendoakan semoga
bapak senantiasa diberi Allah nikmat kesehatan dan kesempatan, agar bapak dapat
menjalankan amanah sebagai pemimpin di kampus pejuang ilmu yang megah luar
biasa ini.
Kugoreskan pena di kertas putih ini
dengan perasaan berbunga-bunga karena dedaunan yang bergoyang dan mentari yang
tersenyum jadi saksi bisu berdirinya aku di kampus perjuangan para mujahid ilmu
ini, kampus yang kata koran yang aku baca merupakan kampus terbaik yang ada di
bumi Lancang Kuning ini, aku pun tersenyum bangga bisa menjadi bagian dari
kampus yang besar ini.
Pak rektor yang terhormat
Ketika aku baru pertama kali
menginjakkan kaki di kampus nan megah ini aku sangat bahagia sekali. Aku sangat
kagum melihat gedungnya yang menjulang tinggi dengan arsitektur modern yang di
kolaborasikan dengan gaya khas melayu, taman-taman yang tertata rapi menambah
kekagumanku terhadap kampus perjuangan ini.
Pak rektor yang mulia
Rasa kekagumanku yang yang dulu,
perlahan-lahan pudar karena berbagai permasalahan kampus yang menggrogoti
pikiranku di saat ini. Bapak, ini bukanlah cerita yang mengada-ada akan tetapi
ini adalah realitas kampus kita.
Kami berkumpul di belakang gedung
belajar ini beralaskan tanah beratapkan langit, kami berada di sini bukanlah
untuk bersenda gurau atau sekedar istirahat, namun kami duduk di belakang
kampus ini untuk belajar mata kuliah Ilmu Hukum dengan ibu Puspita, dosen yang
pengertian dan memaklumi akan permasalahan kampus kita ini. Pak, kami terpaksa di sini karena kesemrautan
manajemen pembagian ruang belajar sehingga tidak ada lagi lokal yang tersisa
untuk kami yang minoritas di hari Kamis ini. Kami hanya bisa merajut asa di
atas ketidakpantasan. Pak rektor, ironis bukan ?
Pak rektor yang terhormat
Di saat ini juga kami tengah
bergelut dengan desakan-desakan semester yang mulai menuai di jurusan Hukum
Tata Negara. Ingatkah bapak bahwa kampus kita ini mempunyai kajian ilmu seperti
ini ?. Saya yakin bapak adalah orang yang kuat ingatan. Apakah bapak tahu bahwa
kami belajar di kampus ini bukanlah menengadahkan tangan kepada orangtua ?.
Tidak jarang kami harus memeras keringat untuk mencari nafkah dan uang kuliah,
karena orangtua kami di kampung hanyalah seorang buruh kehidupan. Terkadang air
mata ini mengalir menganak sungai ketika melihat sarana dan pra-sarana kampus
yang tidak sepadan dengan uang SPP yang harus kami bayar tiap semesternya.
Di samping itu, perasaan cemburu
terkadang datang menghampiriku ketika memperhatikan bapak seakan tak melihat
kami yang minoritas ini. Mahasiswa yang dari tahun ke tahun hanya disediakan
untuk satu kelas saja. Kenapa kuota untuk mahasiswa baru setiap tahun tidak
pernah ditambah di jurusan kami ini Pak ?. Hukum Tata Negara, bukankah jurusan
ini sangat urgen pak rektor ?. Bukankah negeri ini butuh orang-orang yang ahli
di bidang tata negara ?. Ya di jurusan kami inilah dipelajari tentang disiplin
ilmu-ilmu itu. Sedih rasanya menyadari bapak hanya memperdulikan meraka saja,
mahasiswa yang mayoritas.
Aku terkadang malu kepada diriku
sendiri ketika melihat di gedung kampus kita ini terpampang spanduk besar
bertuliskan menuju “Word Class University”. Apakah kampus seperti ini bisa
menjadi universitas berkelas dunia ?. Kampus yang infokusnya tidak memadai,
kursinya tidak terawat, toiletnya tidak terurus?.
Pak rektor yang mulia
Itulah segelintir problem yang
menggrogoti pikiranku saat ini, semoga bapak dapat memberikan solusi dan
pencerahan, terakhir terucap salam cinta dan doa dari seorang mahasiswa yang
sedang berada di persimpangan hati, tentang harus bangga atau justru harus malu
berdiri di atas kampus perjuangan yang tidak bersahabat ini.
Terucap salam cinta dan doa pula
dari Himpunan Mahasiswa Jurusan Hukum Tata Negara (HMJ HTN) yang sedang
prihatin terhadap berbagai permasalahan kampus kita ini. Kami semua selalu
berdoa agar bapak tetap dalam lindungan Allah dan diberikan kekuatan oleh-Nya,
karena kami juga tahu bahwa mengurus kampus perjuangan yang besar ini tidaklah
semudah membalikkan telapak tangan. Semoga bapak diberi umur panjang agar kelak
bisa menjadikan kampus ini sebagai surga bagi para mahasiswanya.
Muhammad
Ali
Mahasiswa
Hukum Tata Negara
Setting: (Di lantai tiga keluar dari
lokal menuju mading)
Ali:
Yat hari ini pengumuman pemenang surat untuk rektor
Dayat:
Benarkah ? kalau begitu yuk kita langsung ke mading
Ali:
yuk Yat
Setting: (Di mading)
Dayat: Li, coba Liat ini nama kamu. Kamu
dapat juara Satu.
Ali: Alhamdulillah ya Allah, aku gak
nyangka Yat bisa dapat juara satu.
Dayat: Syukurlah Yat. Pepatah itu memang
benar, siapa-siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkan kemenangan
Ali: Iya Yat
Dayat: “Alhamdulillah... Syukurlah Ali. Tapi jangan lupa ya janjinya kemarin
apa. Hehe…”
Ali: “Traktiran kan ?”
Dayat: “Lebih dari itu juga gak papa”
Ali: “Hmm… Lian jangan khawatir. Aman
kok”
Lian: Benar kan prasangka kita
teman-teman, mereka ikut lomba agar dapat hadiah sama uang (Lian dan
teman-temannya menghampiri dari belakang)
Teman-teman Lian: Iya Bos, prasangka kita memang
selalu benar
Dayat: Dasar makhluk rese. SMS (Susah Melihat
orang Senang)
Ali: Udah Yat gak usah didengar
Setting: (Di Kantor Media Mahasiswa,
Ali diundang ke tempat penyelenggara acara untuk mengambil hadiah)
Jurnalis UIN: Terimakasih ya Ali atas
partisipasinya dalam acara ini. Tetap semangat tuk menyuarakan aspirasi
mahasiswa lewat tulisan ya. Dan satu hal terpenting yang harus Ali tahu kami
sudah memberikan surat yang Ali tulis ke pihak rektorat. Kata mereka bapak
rektor sudah membacanya, beliau sangat terharu saat membaca bait demi bait dan
terakhir rektor berjanji akan mengevaluasi ulang penyediaan fasilitas dan
pelayanan yang ada di kampus ini. Selain itu, dalam waktu dekat ini gedung
belajar yang ada di Fakultas Syariah & Hukum akan ditambah agar dapat
menampung seluruh mahasiswanya.
Ali: Terimakasih banyak kak atas
perpanjangan tangannya ke pihak rektorat dan saya sangat bersyukur dengan
adanya lomba ini, kita bisa mengaspirasikan keluh kesah para mahasiswa
Dayat: Iya kak, saya sebagai teman setia
Ali juga tidak lupa mengucapkan ribuan terimakasih
Jurnalis UIN: Iya dek sama-sama
Setting: (Menyorot gedung Fakultas
Syariah & Hukum yang sedang dalam proses pembangunan)
Ali: Semenjak surat yang aku tulis dibaca
pak rektor, fasilitas kampus sudah mulai diperbaiki dan gedung belajar mulai
dibangun dan dibenahi. Inilah
kampusku, UIN Suska Riau. Sekarang ia telah menjadi surga bagi setiap
mahasiswanya. (Ali tersenyum bangga).
SEKIAN
TERIMAKASIH