LOVE STORY IN UIN SUSKA
(Kisah Cinta Tiga Anak Manusia)
Sebuah Cerpen dari Mustopa Kamal Btr
Sebuah Cerpen dari Mustopa Kamal Btr

Mentari
masih malu-malu muncul memperlihatkan wujudnya yang mungil di tengah kerumunan mahasiswa
yang mulai berdatangan ke kampus UIN Suska Riau. Di hari Senin ini kami masuk
pukul 7.30, akan tetapi kami sudah harus sampai di kelas pukul 7.00. Mahasiswa
yang terlambat tidak akan diperbolehkan mengikuti mata kuliah, karena dosen
kami yang satu ini sangat disiplin, bahkan kedisiplinan yang diterapkannya keterlaluan
menurut kami.
“Assalamu
‘alaikum” ujar Bapak Hamid dosen mata kuliah Hukum Pidana, kami pun langsung
menjawabnya: “Wa’alaikum salam pak”. Hari ini seolah ada yang berbeda, di
samping pak Hamid terlihat sesosok bidadari memakai baju biru bergaris-garis,
jilbabnya berwarna hitam seperti warna roknya yang dihiasi sulaman bunga mawar.
Wajahnya sangat cantik melebihi kecantikan Syahrini, penyanyi terkenal itu. Senyumannya
manis melebihi gula, Alis matanya sangat indah seperti semut yang berbaris-baris.
Aku benar-benar terpana melihat gadis berparas cantik ini.
“Anak-anak,
hari ini kita kedatangan mahasiswa baru, namanya Anisa. Dia adalah mahasiswa
pindahan dari UIN Jakarta”
Sebagai
ketua kelas, aku terlebih dahulu menanyakan alasan gadis cantik itu kenapa
pindah kuliah ke kampus UIN Suska ini.
“Kalau
boleh nanya, Anisa Kenapa pindah kuliah ke UIN Suska ini?”
“O,
saya pindah kuliah ke sini dikarenakan ayah saya pindah tugas dari Jakarta ke Pekanbaru
ini, jadi kami sekeluarga sekarang menetap di kota ini” jawab Anisa sembari
tersenyum manis.
“O”
gumamku.
“Ada
lagi pertanyaan anak-anak? kalau tidak, agar Anisa duduk” kata pak dosen.
“Tidak
pak” jawab serentak para mahasiswa.
“Anisa,
kamu silahkan duduk” suruh sang dosen.
“Baik
pak” jawab sang bidadari dengan polos.
Kami
pun memulai perkuliahan dengan khusuk dengan bapak Hamid, yang kata semua orang
sebagai dosen terdisiplin se UIN Suska.

Mata kuliah
kedua ini bapak dosen belum hadir, mumpung dosennya belum hadir aku coba
berkenalan lebih dekat dengan sang bidadari.
“Hai, saya adalah kosma (ketua
kelas) lokal ini, perkenalkan nama saya Rahman”
“Anisa”
“Bagaimana menurutmu tentang kampus
ini?”
“Kampus ini menurutku sangat bagus.
Saya sangat senang berada di sini, karena lingkungannya asri dan mahasiswanya
juga ramah-ramah”
“O, selamat bergabung ya, semoga
nanti kamu betah kuliah di kampus ini” ucapku.
“Ya, terimakasih” jawab Anisa.
Dia benar-benar
cantik, menurutku belum ada yang bisa menyaingi kecantikannya di kampus ini.
Dua bola matanya bulat dan indah seperti bulatnya kelereng, pandangannya
sungguh sayu melambangkan budi pekerti yang luhur. Dia benar-benar gadis yang
sempurna dimataku.
“Hai Anisa, perkenalkan aku Naira”
sahut Naira dari belakang.
“Anisa, hai Naira” Jawab Anisa.
“Kalau boleh tau, emang pekerjaan
ayah Anisa apa ya, kok bisa pindah tugas ke sini”
“O, ayahku seorang pimpinan umum stasiun
TV, jadi ayah ditugaskan oleh perusahaan untuk memimpin salah satu stasiun TV
yang ada di Pekanbaru ini, yang masih anak perusahaan dari stasiun TV di
Jakarta”
“O, berarti anak konglomerat dong,
hehe..”
“Nggak juga kok Naira” Anisa
berusaha rendah hati.
“O ya Nis, Rahman ini adalah kosma
kita” ujar Naira sambil menunjuk aku.
“Iya Ra, tadi kami udah kenalan”
jawab Anisa.
“O baguslah” ujar Naira menutup
pembicaraan.
Pertanyaan Naira
tadi menurutku terlalu lebay, kok nanya
pekerjaan orangtua Anisa segala, tapi boleh juga lah biar perkenalannya lebih dekat.
Mungkin tadi Naira menghampiri kami, karena ia cemburu melihat aku dan Anisa berdua-an.
Aku sebenarnya tahu, Naira itu menyimpan perasaan cinta kepadaku tapi iya tidak
berani mengatakannya, begitu juga dengan aku yang tidak terlalu menghiraukan dia.
Naira memang cantik, tapi Anisa jauh lebih cantik dibandingkan dia. Kata
teman-teman dekatku, aku termasuk mahasiswa terganteng se-UIN Suska, itulah
penyebabnya aku tidak terlalu menghiraukan cewek-cewek yang mencoba mendekatiku.
Waktu berjalan
mengikuti arus sungai Siak yang menghiasi sudut kota bertuah, hari-hari ku
lalui dengan perasaan bahagia karena Anisa selalu menemani setiap hentakan kakiku.
Walaupun aku belum mengutarakan perasaan cintaku kepadanya, tapi aku yakin dia
juga mempunyai perasaan yang sama sepertiku. Kami sudah seperti orang pacaran,
selalu sms-an, telpon-an, ke toko buku bersama, ke kantin bersama, shalat
berjamaah bersama dan sebagainya, kami benar-benar sudah saling mencintai. Kami
tidak pernah melupakan hijab cinta agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang
dilarang oleh Islam.

Hari kamis nan
cerah, secerah hatiku berada di dalam kelas ini, hidupku terasa begitu bermakna
ketika berada di dalam lokal. Penyebabnya mungkin karena kehadiran Anisa dalam
hidupku, yang telah memberi seteguk air di bawah panasnya terik mentari. Dari
pertama aku melihat dia, aku merasa gimana gitu. Senyumnya yang manis selalu
terngiang di benakku ketika hendak tidur. Wajahnya yang cantik selalu terlihat
dalam mimpi indahku.
“Tapi mungkin nggak ya, aku dan dia ditakdirkan tuhan sebagai
jodoh?. Aku hanyalah anak seorang pedagang kedai nasi di pasar Panam, sedangkan
ia adalah putri sang raja, tapi sudahlah biarkan waktu yang memberi jawaban”
gumamku dalam hati.
Aku turuni anak
tangga perlahan-lahan dari lantai tiga menuju lantai bawah karena hari ini mata
kuliah kami sudah habis. Hatiku sontak kaget ketika Nurul tiba-tiba
menghampiriku dari belakang.
“Ada apa Nurul?”
“Aku, ada sesuatu buat kamu”
“Buat aku?, apaan?”
“Ini dia, tadi Naira titip ini,
katanya surat”
“Surat apaan?”
“Aku juga kurang tahu, mungkin
surat izin, entah besok dia nggak hadir, soalnya tadi aku lupa juga nanyain
karena dia keburu-buru sih”
“O, baiklah,, terimakasih ya Nurul”
“Oke, sama-sama, aku duluan ya” jawab
Nurul mengakhiri pembicaraan kami.
Aku rebahkan
tubuh di atas kasur berwarna biru muda, ku buka amplop surat yang diberikan Nurul
tadi. Sembari membukanya hatiku bertanya-tanya, kok Naira ngasih suratnya gak
langsung ke aku, emang dia mau kemana ya. Ternyata sangkaanku salah, judul
suratnya ternyata: Surat Cinta untuk Seseorang.
Pekanbaru, 30 April 2014
Aslkm... Wr. Wb.
Untuk Seseorang yang aku kagumi.
Semoga seseorang
yang aku kagumi berada dalam lindungan Allah SWT, agar tetap semangat dalam
mengejar impian dan meraih cita-citanya. Rahman, sebelumnya maaf kalau aku
terlalu berani mengungkapkan perasaan ini. Sebenarnya aku mengirim surat ini
karena perintah dari hati yang tidak bisa aku tolak.
Aku tidak bisa
lagi menyembunyikan perasaanku kepadamu, wajahmu selalu menghiasi ingatanku
ketika hendak tidur. Senyummu selalu terpancar di cermin ketika aku hendak
berkaca dan bayanganmu selalu menghantui pikiranku. Sudah lama aku mengagumimu Man,
tapi aku selalu memendamnya dalam hati. Perasaan cinta ini selalu menyuruh aku
untuk berterus terang padamu. Aku tidak tahu apakah kamu mempunyai perasaan
yang sama terhadapku, semoga perasaan cinta ini bisa kamu maklumi. Aku menunggu
jawabanmu besok di kampus.
Demikian surat
ini aku tulis di sudut keheningan malam yang dihiasi rembulan, khusus ku
persembahkan teruntuk bagi orang yang sangat ku kagumi dalam hidup ini, semoga
ia mempunyai perasaan yang sama sepertiku.
Wassalam
Naira
Sebenarnya, dulu
aku pernah menaruh hati kepada Naira tapi sesudah Anisa hadir dalam hidupku,
perasaan itu seolah lenyap dihempas angin. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana
besok, semoga Naira tidak kecewa dengan keputusanku.
Hari ini mentari
tertutup oleh awan, semilir angin memainkan senandung sendu, dari kejauhan
terlihat sesosok insan yang sedang berdiri di depan kelas. Dari wajahnya
terpancar aura bahwa ia sedang menunggu jawaban dariku, aku pun menghampirinya.
“Naira aku sudah membaca suratmu”
“O, maaf ya Man kalau aku terlalu
berani”
“Naira kita bisa ke belakang kelas
sebentar, aku mau ngomong sesuatu sama kamu”
“Ya, boleh”
Hatiku memang
tidak tega menolak cinta Naira, tapi bagaimana lagi aku tidak bisa memaksakan
cinta untuk menerimanya di hatiku. Naira mungkin sudah tahu maksudku mengajak
dia ke belakang kelas ini, aku ingin memberikan keputusan tentang balasan
suratnya kemaren. Naira pun terlihat deg-degan ketika aku mulai bicara.
“Naira sebenarnya aku suka sama
kamu, tapi....?!!!”
“Tapi apa Man?”
“Tapi, aku tidak bisa menerima
cintamu karena aku sudah terlanjur mencintai seseorang”
Spontan air
hujan turun dari langit mengalir melalui sudut mata Naira, mungkin dia tidak
bisa menerima keputusanku, aku memang kasihan melihat dia tapi aku sudah
terlanjur cinta kepada Anisa, walaupun perasaan cintaku belum aku ungkapkan.
“Naira, jangan menangis maafin aku
ya, aku tidak bisa memaksakan perasaan hati”
“Nggak papa kok Man, mungkin aku
tidak sesempurna yang kamu inginkan”
Naira pun pergi
meninggalkan aku, dengan perlahan ia menghilang dari sudut pandangan. Aku tidak
tahu dia mau kemana, mungkin dia pergi untuk menenangkan pikiran dan
perasaannya yang belum bisa menerima keputusan dariku.

Waktu perputar
begitu cepatnya, rembulan telah digantikan oleh mentari, malam telah digantikan
oleh siang. Satu bulan terakhir masuk kuliah, sesudah itu kami akan menyusun
skripsi. Karena semua mata kuliah sudah selesai, Anisa ku ajak ke bawah pohon
rindang belakang kantin karena ada suatu hal yang ingin aku utarakan tentang
perasaan hati yang tidak bisa didustakan.
“Anisa, di sini sejuk ya”
“Iya Rahman, di sini banyak pohon
rindang, gak seperti di ruang belajar kita, pohonnya masih kecil-kecil”
“ Iya Nis, Sejuknya tempat ini,
sesejuk hatiku bila berada di sampingmu”
“Aduh Rahman pandai gombal deh”
“Benar Nis, aku gak bohong”
“Iya deh aku percaya”
“Nis, sebenarnya aku ingin
mengatakan sesuatu kepadamu, boleh gak?”
“Boleh, mau bilang Man”
Hatiku
benar-benar deg-degan ketika mau mengatakan perasaan cinta yang sesungguhnya
kepada Anisa. Hatiku berkata belum saatnya untuk mengungkapkan perasaan ini,
tapi disisi lain hati ini menyuruh secepatnya diungkapkan. Aku benar-benar
berada di persimpanagn hati. Waduh gimana ya bilang sekarang gak ya, atau...?
“Rahman,, hello, Rahman tadi mau
bilang apa?”
“Ooo, Anisa aku tadi mau bilang aku
mau ke toilet dulu boleh kan ditinggal”
“Oo, dikirain ada apa tadi,
silahkan Man”
Di tolilet aku
berpikir apakah harus mengatakan cinta sekarang atau lain waktu saja, hatiku
benar-benar deg-degan, mungkin kalau gak deg-degan namanya bukan cinta kali ya.
Aku putuskan untuk mengungkapakan perasaan cintaku kepada Anisa saat ini juga.
Aku tidak mau mengulur-ulur waktu lagi.
“Anisa, aku boleh lagi gak
mengatakan sesuatu kepadamu?”
“Gak boleh,,, hehe.... ya boleh lah Rahman, mau bilang mau
ke toilet lagi?”
“Nggak Nis, aku mau bilang sesuatu
yang istimewa buat kita berdua”
“Apaan tu Man?”
“Sebenarnya telah lama ku pendam
perasaan ini Nis, sejak awal aku melihatmu, aku sudah terjatuh dalam lobang
cinta, aku selalu terbayang-bayang wajahmu kemanapun aku pergi. Dari kedekatan
kita selama ini, aku sudah menganggapmu
sebagai pacar walaupun aku belum pernah bilang bahwa aku mencintamu.
Anisa, namamu telah ku tulis di langit tapi angin meniupnya, namamu telah ku
tulis di lautan tapi badai menghempasnya, bolehkah sekarang namamu ku tulis
dalam hatiku agar cinta mengabadikannya?. I Love You Anisa, aku tidak bisa
mendustai perasaan ini”.
“Rahman, sebenarnya aku juga
memendam perasaan yang sama sepertimu, aku sangat suka kepadamu. Ketika aku
tidur aku selau ingat kamu, ketika mau makan selalu ingat kamu, kemanapun aku
pergi bayangan mu seolah mengikuti jejakku. Tapi.....”
“Tapi apa Nis, apakah aku masih
kurang sempurna bagimu?”
“Bukan begitu Man, tapi aku sudah
tunangan dengan anak teman ayah dari Jakarta, maaf Man ya aku tidak tahu bahwa
kamu itu benar-benar mencintaiku, karena sebelumnya kamu tidak pernah
mengutarakan perasaan cintamu padaku”
Mentari yang tadi bersinar telah
tertutup awan kelam, udara yang tadi sejuk telah berubah menyesakkan dada,
hatiku benar-benar tidak menyangka kalau Anisa sudah mempunyai tunangan. Aku
benar-benar gak menyangka akan mendengarkan jawaban seperti ini, karena Anisa
belum pernah mengatakan sebelumnya kalau dia sudah tunangan.
“Rahman, maafin aku ya,
aku bukan bermaksud menyakiti hatimu, maafin aku ya”
“Ya Nis, nggak papa
kok, mungkin kita bukan jodoh”
Karena
kekecewaan yang membuncah di dalam dada pembicaraan pun aku akhiri dan
menutupnya dengan perkataan selamat menempuh
hidup baru semoga kelak jadi keluarga sakinah mawaddah warahmah. Aku berusaha
tegar di hadapan Anisa, walaupun hati ini terasa pilu bagaikan disayat-sayat
sembilu.

Mentari sudah mulai memperlihatkan wujudnya
yang mungil kepada para mahasiswa di kampus UIN Suska, di depan kelas terlihat
sesosok gadis cantik yang sedang melepaskan pandangan ke jagat raya. Aku
teringat ketika menolak cintanya, sebenarnya aku juga pernah mempunyai perasaan
cinta kepadanya. Perasaanku terhadap Naira tiba-tiba muncul saat aku memandangi
wajahnya yang manis dari kejauhan. Hari ini dia memakai baju warna biru,
seperti warna kesukaanku, dia sangat anggun dengan baju bercorak bunga melati
tersebut.
“Naira, apa
kabar?”
“Baik, Rahman, kamu kabarnya gimana?”
“Alhamdulillah baik juga, bagaimana sekarang
hubunganmu dengan Anisa, masih langgeng
kan?”
“Iya Ra, Naira ada sesuatu yang ingin aku utarakan
kepadamu”
“Iya Man, ada apa ya?”
“Kita boleh ke belakang kelas nggak?”
“Boleh, yuk”
“Naira, sebenarnya aku masih menyimpan perasaan
kepadamu, rasa cinta itu tiba-tiba meghampiriku, dan berpesan agar aku
sampaikan kepadamu, apakah kamu masih mempunyai perasaan yang sama seperti yang
aku rasakan saat ini?
“Aku juga sebenarnya tidak bisa melupakanmu Rahman,
perasaan cintaku padamu selalu menghantui setiap langkahku”
“ Apakah aku salah jika aku berkata: I Love You Naira”
“Maaf Man, aku tidak bisa menerimanya karena aku
sudah tunangan dengan anak pengusaha”
“Benarkah Naira?”
“Iya Man, sejak lelaki itu hadir dalam hidupku, aku berusaha
melupakan bayangmu, walaupun terkadang perasaanku padamu tidak bisa aku dustai”
“O, mungkin kita bukan jodoh Naira, mungkin lelaki itu lebih pantas bagimu dari pada aku”
“Maafkan aku Rahman, aku bukan bermaksud melukai
hatimu dengan sembilu”
“Iya Ra aku paham, mungkin inilah yang terbaik bagi
kita semua, semoga rumah tanggamu kelak menjadi rumah tangga yang bahagia dunai
akhirat”
“Iya Man, terimakasih atas doanya”
Walaupun hatiku sangat kecewa
mendengar jawaban dari Naira, tapi tidak terlalu aku perlihatkan. Mungkin ini
adalah akibat dari apa yang pernah aku perbuat dulu, gara-gara kehadiran
seorang gadis yang lebih cantik aku terlalu tega melukai perasaan gadis manis
yang sebenarnya aku cintai. Entahlah misteri apa yang sedang aku jalani ini,
yang pasti kisah cinta ini mempunyai hikmah yang bermakna yang harus aku
jadikan sebagai pelajaran hidup.
Setelah selesai kuliah, perlahan ku
ikuti hentakan kaki menuju parkir, ketika berada di atas motor menuju pulang,
aku hentikan sejenak motor berwarna biru tua ini. Aku pandangi gedung kampus
yang begitu megah, dedaunan terlihat sedang menari di pohon nan rindang, bunga
mawar merekah memecah panasnya terik mentari. Seulas senyum ku layangkan karena
mengingat kisah cinta tiga anak manusia antara aku, Anisa dan Naira. Aku
percaya suatu saat nanti tuhan akan mengirim jodoh yang terbaik untukku, karena
aku yakin dengan bunyi pepatah “Kalau jodoh takkan kemana”. Aku pun berlalu
meninggalkan kampus yang megah luar biasa ini, UIN Suska Riau.
SELESAI
BIODATA
PENULIS
Mustopa
Kamal Btr lahir di Bange,
28 Oktober 1992. Pendidikan
SD Negeri 147545 Bange, MTs
Negeri Siabu, Pesantren
Musthafawiyah Purbabaru, kab. Madina-Sumatera Utara. UIN Suska Riau (sedang belajar). Motto Hidup: Long life education.
Prestasi:
Juara 1 cerdas cermat Bhs. Indonesia (2005). Juara 3 siswa berprestasi (2004).
Juara 3 kesenian tor-tor Mandailing grup SD (2005) se-kec. Bukit Malintang. Juara
1 cipta puisi (2012). Juara 3 baca puisi se-pesantren (2011). Juara 3 Syarhil
Qur’an MTQ se-kab. Madina-Sumut (2012). Harapan 2 Syarhil Qur’an menyambut
Tahun Baru Islam se-kab. Madina (2012). Juara 1 Syarhil Qur’an MTQ pesantren
(2013). Juara 2 pidato Bahasa Indonesia Pekan Olahraga dan Seni se-kab. Madina
(2012). Juara 3 pidato Bahasa Indonesia
ulang tahun 1 Abad Pesantren Musthafawiyah se-kab. Madina (2012). Harapan 2
pidato Bahasa Arab ulang tahun NU se-kab. Madina (2012). Harapan 2 pidato
Bahasa Arab MTQ pesantren Musthafawiyah (2013). Peserta Festival Nasyid
se-kab.Madina (2013). Harapan II Pidato Bhs. Indonesia Se-Propinsi Riau (2014).
Juara I Lomba Menulis Surat Untuk Rektor UIN Sultan Syarif Kasim Riau (Januari
2014).
Karya-karya:
Warning...!!! facebook Mengguncang Dunia (Buku). From no Body to Some
Body/Kisah hidup orang-orang terkenal (Buku, bersama Bg Mr. Albonai). Love
Story in UIN Suska (cerpen). Sepotong Hati untuk Tuhan (cerpen). Budaya Melayu
di Generasiku (cerpen). Senyum Mentari di Musthafawiyah (cerpen). Umak (cerpen
Bhs. Mandailing). Hujan di mata Bunda (Cerpen). Mahasiswa Galau (Cerpen).
Korupsi Cinta di Tengah Prahara (Cerpen). Pengorbanan Ibu (puisi). Mahasiswa
(Puisi). Dll.
karya-karya penulis dpt di baca di: www.mustopakamalbtr.blogspot.com www.suarauinsuska.com
Buletin Makna.
Dll.
fb: Mustopa Kamal Btr
twitter: @mustopa kamal BTR
Salingsapa: Mustopa Kamal Btr
karya-karya penulis dpt di baca di: www.mustopakamalbtr.blogspot.com www.suarauinsuska.com
Buletin Makna.
Dll.
fb: Mustopa Kamal Btr
twitter: @mustopa kamal BTR
Salingsapa: Mustopa Kamal Btr
Tidak ada komentar:
Posting Komentar